Dalam
menjalankan bisnis apapun, tentu berlaku yang namanya etika bisnis. Apa itu
etika bisnis? Etika bisnis adalah suatu aturan yang menentukan arah sikap
berbisnis yang benar. Yaitu mengenai pantas atau tidak sesuatu dilakukan dalam
menjalani bisnis. Etika bisnis yang cukup penting dan harus kita taati yaitu
kejujuran. Kita pasti pernah mendengar ungkapan “ cari
yang haram saja susah apalagi yang halal,” banyak yang berpendapat bahwa
kejujuran di bisnis era sekarang ini adalah sesuatu yang mustahil dilakukan.
Padahal, jujur adalah salah satu syarat untuk mujur.
Kejujuran senantiasa
mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari
Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau bersabda:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَيِّعَانِ
بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا
فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Dari Nabi s.a.w, baginda
bersabda: “Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka
belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta
membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat
berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan
mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan,
maka akan terhapus keberkahannya.”( HR. Bukhari, Muslim,
Turmuzi, Daud, Ibnu Majah)
Berdasar hadis di atas,
keberkatan perdagangan/ bisnis terletak pada kejujuran. Bila tidak jujur maka
Allah akan menghapuskan berkah kepadanya. Itu berarti tidak ada kebaikan bagi
dirinya terhadap hasil perdagangan atau bisnisnya. Wajar jika sering kita
melihat ada pedagang atau pembisnis besar, banyak untungnya tetapi harta dan
uang yang mereka peroleh sedikit kebaikannya bagi dunianya dan akhiratnya. Ia
tak mampu bersedekah lebih banyak dari orang lain, ia tidak mampu membantu kaum
lemah dan miskin, ia tidak mampu membantu orang-orang yang masih ada hubungan
dengannya secara kekerabatan keluarga. Ia tak mampu dengan uang banyaknya
beroleh banyak pahala di sisi Allah. Bahkan seringkali juga justru dengan harta
yang banyak itu menjadikan ia maksiat dan semakin jauh dengan Allah serta
sering tertimpa musibah ganas yang selalu mengikuti hidupnya. Anak-anak yang
terlahir dari merekapun menjadi orang-orang yang tak berguna atau justru
menghancurkan harta dan ketenangan orang tua itu sendiri. Jauh dari
menyenangkan (qurrata a`yun) sehingga sering menyakitkan hati orang tuanya.
Semua ini adalah masalah keberkahan dalam usaha. Sementara keberkahan itu
sangat penting dalam semua hal, termasuk tempat tinggal kita sendiri.
Dalam
kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti yang nyata– kita dapati seorang
yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja,
orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa
tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akherat.
Bagaimana kita bisa jujur
dalam berbisnis? Ada satu hal yang harus kita fahami bahwa sebagai seorang muslim itu
ada proses dan tujuan. Bisnis adalah bagian dari ibadah yaitu untuk
mencari nafkah menghidupi dirinya, keluarga, anak - anaknya dan orang orang
yang ditanggungnya sehingga terhindar dari meminta minta, dan menggantungkan
orang lain. Dilihat dari tujuan baik, maka prosesnya harus juga baik. Kalau
yang kita lakukan berbohong bisa jadi akan menghasilkan yang haram atau bisa
jadi tidak berkah.
Dengan
demikian sangat jelas bahwa kejujuran merupakan konsep yang paling utama dalam
berbisnis. Meskipun bisnis merupakan perkara dunia, namun jika kita
melakukannya dengan nilai-nilai syariat maka bisa jadi bisnis akan menjadi
amalan akhirat. Seperti yang tersirat dalam hadits di awal, bahwa kejujuran adalah
kebaikan yang akan mengantarkan kepada surga, termasuk kejujuran dalam
berbisnis. Dan sebaliknya kedustaan adalah keburukan yang akan mengantarkan
kepada neraka, termasuk berdusta dalam berbisnis.